Kamis, 07 April 2011

Contoh Laporan Sintesis Aspirin

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
             Sintesis senyawa organik adalah sintesis Teknik preparasi senyawa yang dapat dianggap sebagai seni , salah satu senyawa organic yang dapat disintesis adalah Aspirin. Dimana aspirin merupakan obat bebas hasil reaksi dari asam asetil. Sedangkan efek samping dari aspirin yang sering terjadi yaitu indikasi tukak lambung atau tukak peptik, kadang-kadang disertai anemia sekunder.
Fungsi aspirin adalah sebagai analgetik, antipiretik dan sering pula digunakan sebagai pencegah atau melepaskan dingin atau infeksi pernapasan akut. Dillihat manfaat dari aspirin atau asetosal tersebut maka adalah sangat penting untuk mengetahui cara sintesis dari senyawa ini.
Suatu Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat dengan anhidrida asetat dan menggunakan katalis proton dan akan menghasilkan asam asetil salisilat dan asam asetat. Oleh karena itu asam salisilat disintesa dalam berbagai bentuk atau dicampur dengan zat-zat lainnya sehingga dapat menjadi obat yang akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti obat-obat influenza yang sekarang banyak beredar di pasaran seperti aspirin. Karena asam salisilat untuk pemakaian dalam atau oral biasanya tidak tersedia dipasaran.
B. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui dan memahami sintesis aspirin berdasarkan reaksi asetilasi.
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari pecobaan sintesis aspirin adalah untuk mensintesis aspirin dengan mereaksikan antara asam salisilat dengan anhidrat asetat serta penambahan asam sulfat pekat sebagai katalisator.
D. Prinsip Percobaan
Mensintesis aspirin dengan mereaksikan antara asam salisilat dengan anhidrida asetat dengan penambahan asam sulfat pekat sebagai katalisator dengan melakukan pemanasan di atas penangas kemudian didinginkan hingga terbentuk kristal dan mengujinya dengan FeCl3 serta menghitung rendamennya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
              Aspirin sekarang digunakan untuk pengobatan profilaksis, iskemia serebral transien, mengurangi terjadinya infark miokard berulang dan menurunkan mortalitas pada pasien infark postmiokard. Dosis awal tunggal 200 sampai 300 mg dan dianjurkan diikuti dosis harian 75 sampai 100 mg. Waktu pendarahan diperpanjang, menebabkan komplikasi yang termasuk peningkatan terjadinya stroke hemoragik dan juga pendarahan gastroitestinal terutama pada dosis obat tinggi (Hartanto , 2000,hal : 199).
Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) di dalam trombosit dan prostasiklin (PGI2 ) di pembuluh darah dengan menghambat secara irreversibel enzim siklooksigenase (akan tetapi siklooksigenase dapat dibentuk kembali oleh sel endotel), sebagai akibatnya terjadi pengurangan agregasi trombosit. Aspirin dosis kecil (20-40mg) hanya dapat menekan pembentukan TXA2 tetapi dosis yang terbukti efektif (25-1g/hari) tidak selektif (Ganiswarna, 1995,Hal :208).
Asetosal adalah obat anti nyeri tertua yang sampai kini paling banyak digunakan diseluruh dunia. Zat ini juga berkhasiat anti demam kuat dan pada dosis rendah sekali (40mg) berdaya menghambat agregasi trombosit (Tjay,T.H,2002, Hal :298).
Asam salisilat dan garam natrium hampir tak lagi digunakan untuk pemakaian karena pemberian obat secara oral buruk, senyawa yang termasuk golongan ini yaitu Asam asetilsalisilat, Salisilamid, Etenzamid, Salasetamid, Benorilat, dan, Difunisal.( Tjay,T.H,2002,Hal :298)
Asam asetilsalisilat, melalui esterifikasi gugus hidroksil fenolik asam salisilat dengan asam asetat, dicapai tak hanya penerimaan tubuh lokal yang lebih baik melainkan juga kerja analgetik, antipiretik dan antiflogistik yang lebih kuat (Mutschler., E, 1986,Hal :197).
Asam asetilsalisilat mengandung asam asetilsalisilat, C9H8O4 tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Identifikasinya, didihkan 500 mg serbuk tablet dengan 10 ml larutan natrium hidroksida P selama 2 sampai 3 menit, dinginkan, tambahkan asam sulfat encer P hingga berlebih, terjadi endapan hablur dan abu cuka. Pada beningan tambahkan laruta besi (III) klorida P, terjadi warna violet tua (Dirjen POM,1979,Hal 44).
Obat analgesik, antipiretik serta obat anti-implamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototip obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip aspirin (1). Mekanisme kerja yang berhubungan dengan biosintesis PG ini mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh Vane dan kawan-kawan yang memperlihatkan secara in vitro bahwa dosis rendah aspirin dan indometasin menghambat produksi enzimatik PG. Penelitian lanjutan telah membuktikan bahwa PG akan dilepaskan bilamana sel mengalami kerusakan (Ganiswarna, 1995, Hal :211).
Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir ini memberi penjelasan mengapa kelompok heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi dan efek samping. Ternyata sebagian besar efek terapi dan efek sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG) (Ganiswarna, 1995, Hal : 211).
Cara paling umum untuk pembuata asam dalam laboratorium adalah reaksi antara suatu pereaksi grignard dengan karbondioksida. Karena hampir tiap halida dapat diubah menjadi pereaksi grignard, reaksi ini sangat bersifat umum dan hasilnya biasanya tinggi. Garam magnesium dari asam yang mula-mula terbentuk harus diasamkan untuk melepaskan asam bebas (Tim Dosen Kimia., 2004, Hal :14).
Asam asetilsalisilat mengandung asam asetilsalisilat, C9H8O4 tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Identifikasinya, didihkan 500 mg serbuk tablet dengan 10 ml larutan natrium hidroksida P selama 2 sampai 3 menit, dinginkan, tambahkan asam sulfat encer P hingga berlebih, terjadi endapan hablur dan abu cuka. (Dirjen POM,1979, Hal :56).

B. Kajian Sampel
1. Asam salisilat (Dirjen POM,1979, Hal 44)
% Unsur Penyusun : C = 7 (43,75 %), H= 6 (37,5 %), O= 3 (18,75%)
Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama Lain : Asam salisilat
Rumus Molekul : C7H6O3
Bobot Molekul : 138,12
Rumus Bangun :
Pemerian : Hablur ringan tak berwarna atau serbuk berwarna putih hampir tidak berbau rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95 %) P. , mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai bahan dasar sintesa aspirin

2. Asam sulfat (Dirjen POM,1979, Hal 56)
% Unsur Penyusun: H=2 (28,57%), S=1 (14,28 %), O = 4 (57,14%)
Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam sulfat
Rumus Molekul : H2SO4
Bobot molekul : 98,07
Pemerian : Cairan kental seperti minyak korosif, tidak berwarna, jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai katalisator

3. Anhidrida Asetat (Dirjen POM,1979,Hal :58)
%Unsur Penyusun: C=1(16,67%), H=4(66,67%), O=1 (16,67%)
Nama Resmi : ACIDUM ACETIC ANHIDRIDA
Nama Lain : Asam asetat anhidrida
Rumus molekul : (CH3CO)2O
Rumus bangun : O O
C C
CH3 O CH3
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau tajam, mengandung tidak kurang dari 95% C4H6O3
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut dan pemberi gugus asetil dalam sintesis aspirin

4. Air Suling (Dirjen POM,1979, Hal :96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut 

5. Benzena (Dirjen POM,1979, Hal :647)
Nama lain : CYCLOHEXTRIENA
Unsur penyusun : Mengandung C = 92,5 % dan H = 7,75 %.
Rumus molekul : C6H6
Rumus bangun :
Berat molekul : 78,0
BJ : 0,878 g/ml
Indeks bias : 1,5016
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna dan mudah menyala.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pereaksi untuk rekristalisasi aspirin. 

6. Besi (III) Klorida (Dirjen POM,1979, Hal :53)
Nama lain : Besi (III) klorida
Rumus molekul : FeCl3
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas warna jingga dari garam hidrat yang telah terpengaruh oleh kelembaban.
Kelarutan : Larut dalam air, larutan beropalesensi berwarna jingga.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai indikator uji kemurniaan aspirin.

7. Natrium bikarbonat (Dirjen POM,1979, Hal: 763)
Nama Resmi : NATRII SUBCARBONAS
Nama Lain : Natrium bikarbonat
Rumus molekul : NaHCO3
Berat molekul : 84,01
Pemerian : Serbuk atau hablur putih monoklin kecil, buram, tidak berbau, dan rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol 95 % P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut dari kristal aspirin yang tidak murni.

C. Kajian Prosedur Kerja
1. Prosedur kerja (Anonim, 2010, Hal : 7-9)
Timbang 2,0 g (0,015 mol) kristal asam salisilat dan tempatkan dalam labu erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 5 ml (0,05 mol) anhidrida asetat, diikuti dengan 5 tetes asam sulfat pekat dari pipet tetes, dan kocok hingga asam salisilat larut. Panaskan di penangas air selama 5 sampai 10 menit.
Lalu erlenmeyer didinginkan pada temperatur kamar hingga dimana asam salisilat akan menjadi kristal dari campuran reaksi. Jika tidak gores dinding erlenmeyer dengan batang pengaduk dan campuran sedikit dingin dalam tangas es (wadah es) hingga kristal terbentuk. Tambahkan 50 ml air dan dinginkan campuran dalam tangas es hingga proses kristalisasi berlangsung sempurna.
Kumpulkan hasil (kristal) secara penyaringan vakum menggunakan penyaring Buchner. Filtrat dapat digunakan untuk membersihkan labu erlenmeyer hingga semua kristal telah dikumpulkan. Cuci kristal beberapa kali dengan sedikit bagian air dingin. Lalu lanjutkan penarikan udara melalui kristal pada penyaring Buchner secara penyedotan (suction) hingga kristal bebas dari pelarut. Timbang dan hitung nilai kasarnya.
Pemurnian
Kedalam masing-masing 3 bagian tabung uji yang mengandung 5 ml air dilarutkan sedikit kristal dengan beberapa fenol, asam salisilat dan hasil kasar (kristal aspirin). Tambahkan satu atau dua tetes larutan FeCl3 1% ke tiap-tiap tabung dan catat warna. Pembentrukan kompleks besi-fenol dengan Fe(III) memberikan warna merah hingga violet, yang dipercaya bahwa partikel fenol masih ada.
Pindahkan padatan kasar ke gelas piala 250 ml dan tambahkan 25 ml larutan natrium bikarbonat jenuh. Aduk hingga tanda (bunyi) reaksi berhenti. Saring larutan dengan penyedotan menggunakan corong buchner. Beberapa polimer yang merupakan reaksi samping. Cuci gelas piala dan corong dengan 5-10 ml air. Buat campuran 3,5 ml asam klorida pekat dan 10 ml air dalam gelas piala 100 ml hati-hati menuang filtrat ke dalam campuan sambil diaduk. Aspirin akan diendapkan.
Dinginkan campuran dalam es (tangas), saring padatan dengan penyedotan menggunakan penyaring buchner, tekan cairan dari kristal dengan penutup bersih dan cuci kristal dengan air dingin. Air yang digunakan dalam tahap ini adalah air es. Tempatkan kistal pada gelas arloji untuk dikeringkan. Timbang hasilnya, tentukan titik leburnya (15-136oC) dan hitung nilanya dalam persen. Uji terhadap adanya asam salisilat yang tidak bereaksi menggunakan besi (III) klorida.
Rekristalisasi
Air tidak cocok sebagai pelarut untuk kristalisasi karena aspirin akan terhidrolisis sebagian dengan pemanasan dalam air. Dilarutkan sedikit sampel dari hasil akhir dalam sejumlah kecil benzen panas, campuran dipanaskan di penangas air. Jika masih ada padatan yang tersisa, saring larutan panas dari penyaring yang ditempatkan dalam corong yang ebelumnya dipanaskan terlebih dahulu lalu menuangkan benzen panas. Pada pendinginan pada temperatur kamar, aspirin akan merekristalisasi. Jika tidak, tambahkan petroleum eter dan dinginkan sedikit larutan (benzen membeku pada 50C) dalam air es, sambil digosok dinding gelas dengan menggunakan batang pengaduk.
Kumpulkan hasil (kristal) secara penyaringan vakum dengan menggunakan corong pisah Hirsch. Jangan lupa menguji kristal dengan FeCl3.

BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat-alat yang digunakan
Baskom, batang pengaduk, bola karet, botol semprot, corong, cawan porselin, erlenmeyer 250 ml, gelas piala 500 ml, gelas piala 200 ml, gelas ukur 50 ml, gelas ukur 10 ml, neraca analitik, oven, pipet tetes, pipet volume 25 ml, pipet volume 5 ml, sendok tanduk, stirer dan tabung reaksi.
2. Bahan-bahan yang digunakan
Aluminium foil, Asam salisilat, Asam Anhidrida asetat, Asam sulfat pekat, Air suling, es batu, FeCl3, kertas saring, kertas timbang dan tissue.
B. Cara Kerja
Ditimbang asam salisilat sebanyak 2,0323 g dan ditambahkan dengan 5 ml anhidrida asetat. Ditambahkan dengan 5 tetes asam sulfat pekat, Larutan tadi dipanaskan selama 5 menit di atas stirer. Larutan didinginkan pada suhu kamar kemudian didinginkan di baskom berisi es sambil digores-gores dindingnya. Setelah terbentuk kristal putih, maka ditambahkan 50 ml aquadest. Kristal disaring dengan menggunakan corong dan kertas saring. Setelah itu dilakukan uji kemurnian aspirin yang diperoleh dengan menggunakan FeCl3. Dengan cara disiapkan 2 buah tabung reaksi, masing-masing 5 ml aquades dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dimasukkan aspirin yang telah disaring secukupnya. Dan dilihat perubahan warna yang terjadi. Sisa kristal aspirin lalu dikeringkan di oven listrik selama beberapa menit. Setelah itu ditimbang berat aspirin yang didapatkan.

BAB IV
PEMBAHASAN
          Aspirin atau asetosal atau asam asetilsalisilat adalah turunan dari senyawa asam salisilat yang diperoleh dari simplisia tumbuhan Cortex salicis. Sintesa asam asetil salisilat berdasarkan reaksi asetilasi antara asam salisilat dengan anhidrida asetat dengan menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalisator.
Percobaan ini dilakukan dengan cara menimbang asam salisilat sebanyak 2,0323 gram kemudian ditambahkan anhidrat asetat sebanyak 5 ml, digunakan anhidrida asetat dimaksudkan karena anhidrida asetat tidak mengandung air dan akan dengan mudah menyerap air sehingga air yang dapat menghidrolisis aspirin menjadi salisilat dan asetat dapat dihindari, selain itu digunakan anhidrat asetat karena yang akan disintesis yaitu gugus asetil dari senyawa anhidrat asetat.
Lalu ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 5 tetes, penambahan asam sulfat pekat pada larutan campuran asam salisilat dengan anhidrida asetat adalah berfungsi sebagai katalisator, jadi asam sulfat berfungsi untuk mempercepat terjadinya sintesa dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga energi yang diperlukan dalam sintesa sedikit, jadi reaksi berjalan lebih cepat. Digunakan asam sulfat pekat karena sebagai katalisator asam sulfat dapat memberikan suasana asam yang paling baik diantara asam-asam yang lainnya. Digunakan yang pekat karena energi aktivasinya lebih besar dari pada dalam bentuk encer selain itu jika asam sulfat dalam bentuk encer mengandung banyak air sehingga ditakutkan akan menghidrolisis senyawa aspirin yang akan terbentuk. Kemudian campuran tersebut dipanaskan dengan stirer selama 5 menit, untuk mempercepat kelarutan agar sempurna, pemanasan yang dilakukan hanya 5 menit karena jika terlalu lama ditakutkan aspirin yang akan dihasilkan rusak.
Setelah dipanaskan, erlenmeyer didinginkan terlebih dahulu pada suhu kamar hingga dingin. Erlenmeyer tidak langsung diletakkan pada wadah berisi es batu dikarenakan perubahan suhu yang terlalu tajam dapat mengakibatkan erlenmeyer pecah. Ketika didinginkan dinding erlenmeyer digores-gores dengan menggunakan batang pengaduk bertujuan untuk mempercepat pembentukan kristal aspirin.
Jadi ada 3 cara untuk mempercepat terbentuknya kristal :
1. Penambahan suhu yaitu dengan memasukkan sampel ke dalam lemari pendingin, sehingga suhunya meningkat dan tekanan pada aspirin turun sehingga dapat mempercepat rekristalisasi.
2. Menggores diding erlenmeyer dengan batang pengaduk, sebab penggoresan yang dilakukan dapat meningkatkan gaya / tekanan pada erlenmeyer sehingga gaya yang terjadi merupakan suatu proses pelepasan energi sehingga pembentukan kristal lebih cepat terjadi.
3. Menambahkan kristal aspirin murni.
Setelah terbentuk kristal aspirin, pada erlenmeyer ditambahkan air sebanyak 50 ml hal ini bertujuan untuk melarutkan semua zat pengotor selain aspirin larut dalam air, karena aspirin sendiri tidak larut dalam air. Kemudian dilakukan penyaringan untuk mendapatkan kristal aspirin yang ada pada larutan untuk mendapatkan residunya.
Setelah didapatkan kristal aspirin pada kertas saring, maka kristal tersebut di keringkan pada suhu kamar. Setelah kering maka ditimbang massa aspirin yang telah disintesa.
Setelah massa aspirin didapatkan, ternyata hasilnya berbeda dengan perhitungan massa aspirin secara teoritis. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor kesalahan diantaranya adalah ketidakmurnian bahan-bahan yang digunakan, selain kesalahan pada penimbangan dan pengukuran juga dapat mempengaruhi jumlah kristal aspirin yang didapatkan.
Selanjutnya diadakan tes kemurnian dari aspirin yang didapatkan dengan menggunakan larutan besi (III) klorida. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah aspirin yang didapatkan benar-benar murni atau tidak. Besi (III) klorida adalah pereaksi umum untuk golongan fenol. Penambahan fenol akan membentuk senyawa berwarna, dimana jika senyawa berada pada posisi orto akan memberikan warna violet, posisi meta : tidak berwarna dan posisi para akan menghasilkan endapan berwarna kuning. Dimana pada reaksinya akan menghasilkan reaksi samping yang berupa polimer yang mengandung gugus fenol. Dan pada percobaan didapatkan senyawa aspirin yang murni yang ditandai dengan terbentuknya warna violet pada saat penambahan besi (III) klorida.
Namun jika hasil yang didapatkan aspirin yang tidak murni maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu residu (kristal) dilarutkan kembali dengan Na2HCO3 yang akan membentuk garam dan ditambahkan HCl. Sehingga didapatkan asam salisilat dan aspirin dalam bentuk kristal yang kemudian disaring sehingga didapatkan residu. Kemudian untuk memisahkan antara asam salisilat dan aspirin ditambahkan pelarut panas (benzen), dimana pada pemisahannya aspirin akan mengkristal sedangkan asam salisilat tidak mengkristal.

BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Aspirin murni yang diperoleh adalah tidak ada.
2. Saran
Sebaiknya asisten pembimbing lebih mengawasi dan memandu praktikan pada saat percobaan, agar tidak terjadi kesalahan.









DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna, S.G., Stiabudi, R., Suyatna, F.D., dan Nafrialdi (eds), 1995, Farmakologi Terapi, FK-UI, Jakarta. Halaman :208-211

Mutschler., E, 1986, “Dinamika Obat”, Terjemahan dari “Arzneimittelwirkungen, 5 volling neubearbeitete und erweiterte Auflage”, oleh Mathilda B. Widianto dan Anna Setiadi Ranti, Penerbit ITB : Bandung.
Halaman 197-198

Tim Dosen Kimia., 2004, “Kimia Dasar II”, TPB, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Tjay,T.H., dan Raharja K., 2002. “Obat- obat Penting”. PT. Elex Medika Komputindo. Gramedia, Jakarta. Halaman 298

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan., 1979, “Farmakope Indonesia”,Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Halaman :44,56,58,96,647, 53, 763, 424, 658.


Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe, P.C., Huriawati Hartanto (eds), 2000, “Farmakologi Ulasan Bergambar”, Terjemahan dari “Lippincott’s Illustrated Reviews : Pharmacology”, oleh H. Azwar Agoes, Widya medika: Jakarta. Halaman 199


by putri ayu
Farmasi UMI



































3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. ini hanya masukan saja, design blognya seperti nya gak matching neng. hurufnya sulit dibaca ketika online, trus space buat text juga terlalu sempit. thanks.

    BalasHapus
  3. alen, makasih atas masukannya....,sya memang sempat mengubah design-nya tanpa melihat posting sya sebelumnya...,nanti stelah alen komentar sya bru lihat.

    masukan alen tdk akn sy abaikn

    BalasHapus